Oke sambung lagi yah, Sesampainya kami di stasiun Kota Malang dari terminal Gadang tadi, kami langsung dijemput Nindi . Sebelum kami di antar ke rumahnya, kami menyempatkan diri untuk mencoba makan
di Rumah Makan Soto Lamongan, recommended pisan lah buat kalian yang perut
lapar tapi kantong kering. Porsi banyak, pake ati ampela, enak, dan yang pasti
murah. Rp 10.000 looh. Kenapa saya bisa bilang murah soalnya kalau di Kota-kota
besar seperti Bandung atau Jakarta melihat porsi sebanyak ini pasti dihargain
Rp 20.000-25.000. Setelah puas makan, Nindi langsung mengantar kami ke rumahnya untuk
sekedar beristirahat sambil menunggu jam keberangkatan ke Bromo yang kami
rencanakan berangkat jam 09.00 malam nanti. Kami juga mengucapkan banyak terima
kasih kepada Ibu dari Nindi yang sudah mau menampung gembel kaya kami untuk
sementara. Maaf ya tante rumahnya jadi kotor kena bekas lumpur. Tapi itu bukan
sembarang lumpur loh tante, itu lumpur dari Sempu tante, ada nilai sejarahnya.
Hehe (padahal lumpur mah lumpur wee).
Kami rencananya pergi ke Bromo dengan
menggunakan mobil sewaan Toyota Avanza putih keluaran tahun 2010-an, yang sangat
pas untuk kami tancap menanjak ke kawasan wisata Gunung Bromo nanti. Sekedar
informasi nih Gunung Bromo berasal dari bahasa sanskerta : Brahma, salah
seorang Dewa Hindu. Gunung ini merupakan gunung berapi yang masih aktif dan
objek wisata paling terkenal di Jawa Timur.
Gunung setinggi 2.392 meter dari permukaan air laut ini berada di 4
wilayah, yaitu Kabupaten Probolinggo, Lumajang, Pasuruan, dan Malang. Cukup yah
belajar geografinya, takut pada mabok.
Oke
untuk perjalanan menuju Bromo ini kami bertambah anggota yaitu namanya Ica, dia
adalah seorang mahasiswi asal Bandung yang sedang berlibur juga di Malang, dia
adalah teman dekatnya Nindi. Dengan bertambahnya Ica jumlah kami jadi ber-5
sekarang. Oke sudah siap semuanya!! Berangkat kita!!
Jalanan
Kota Malang yang sudah mulai agak sepi pun kami lalui dengan liar, kecepatan
sudah makin tak terkendali sampai akhirnya kami pun bingung jalan. Untung
banyak “nabi” (baca: penunjuk jalan) dijalanan. Setelah agak kebingungan di
daerah Tosari kami pun mendapat arahan agar kami menuju daerah Probolinggo
karena jalan ke bromo melalui Tosari-Wonokitri sedang ditutup karena masyarakat
sekitar situ sedang merayakan Hari Raya Nyepi. Saya pun langsung set GPS di hp
menuju arah Probolinggo. Tapi bukan Omen namanya kalau ga bikin kerusuhan. Di
tengah-tengah jalan menuju Probolinggo si Omen dengan mantap membelokan arah mobil.
Padahal GPS saya memberi tahu kalau belokannya itu masih jauh. Tapi Omen bilang
“bener da lewat sini, dulu juga urang lewat sini”. Saya mulai ragu,
tetapi keraguan saya itu selalu dijawab Omen dengan mantap layaknya salesman penjual obat kutu air mujarab buatan Arab. Yowis saya manggut-manggut aja.
Setelah beberapa jam, kondisi mulai gelap, tanda-tanda rumah sedang merayakan nyepi pun kami lihat di kanan-kiri jalan. Kami mulai semakin ragu. Jam menunjukan pukul 02.30, dan jeng jeng jeng jeeeeeeng…. Kami tiba di Wonokitri. Oh Shit omen! Ternyata jalan yang Omen yakini benar ini membawa kita kembali ke daerah Wonokitri yang sedang di tutup jalannya karena sedang merayakan Nyepi. Ya akhirnya kami pun harus menunggu sampai jam 4. Mun lain baturan geus ku urang teunggeulan nepi modar maneh men!! (arti: kalau bukan temen, kamu udah di pukulin sampai mati).
Setelah beberapa jam, kondisi mulai gelap, tanda-tanda rumah sedang merayakan nyepi pun kami lihat di kanan-kiri jalan. Kami mulai semakin ragu. Jam menunjukan pukul 02.30, dan jeng jeng jeng jeeeeeeng…. Kami tiba di Wonokitri. Oh Shit omen! Ternyata jalan yang Omen yakini benar ini membawa kita kembali ke daerah Wonokitri yang sedang di tutup jalannya karena sedang merayakan Nyepi. Ya akhirnya kami pun harus menunggu sampai jam 4. Mun lain baturan geus ku urang teunggeulan nepi modar maneh men!! (arti: kalau bukan temen, kamu udah di pukulin sampai mati).
Sambil
menunggu waktu, kami pun mencoba bernegosiasi harga jeep yang akan mengantar
kami ke kawasan Gunung Bromo nanti. Ternyata agak susah juga untuk nego harga
di musim liburan kaya gini. Alhasil kami mendapatkan harga Rp 600.000 yang
nantinya jeep ini akan mengantar kami ke 4 kawasan yang ada di Gunung Bromo
ini, yaitu Pananjakan, Savana, Pasir berbisik, Gunung Batok - Kawah Bromo. Jam
sudah menunjukan jam 04.15 tapi gerbang belum juga dibuka, akhirnya setelah
saya nego akhirnya gerbang berhasil dibuka. Mohon maaf bukannya kami tidak
menghormati perayaan hari nyepi. Tapi memang menurut kabar dari beberapa
pedagang disini biasanya perayaan nyepi berakhir jam 03.30, dan jam 04.00
biasanya gerbang sudah dibuka. Makanya saya berani nego buat dibukain gerbang.
Alhamdulillah berhasil.
Setelah mendapat jatah jeep. Kami pun langsung
berangkat ke Pananjakan yang dimana Pananjakan ini adalah tempat yang biasanya
dikunjungi untuk melihat sunrise di Gunung Bromo. Sesampainya di Pananjakan
kami langsung mencari spot yang paling pas. Setelah menunggu beberapa saat
dalam keadaan gelap. Akhirnyaaaaaa… Wueedaaaann… kami langsung terkesima dengan
pemandangan yang disuguhkan dihadapan kami. Matahari yang sedikit demi sedikit
naik ke singgasananya untuk merajai harinya, kini sudah hadir dihadapan kami.
Benar-benar suatu komposisi yang sangat indah untuk diabadikan.
Dari Pananjakan ini bisa kita lihat kawasan kaki Gunung Bromo yang terhampar luas dihadapan kami bagai tak bertepi. Hamparan tersebut menjadi landasan yang sangat kokoh bagi beberapa gunung disekitarnya, seperti misalnya Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa. Setelah jam menunjukan pukul 08.00 kami pun beristirahat sejenak untuk sekedar menikmati teh hangat di dinginnya Gunung bromo ini. Buat kalian yang ingin kesini persiapkan jaket yang sedikit lebih tebal dari biasanya, karena Gunung Bromo ini tingginya sudah mencapai 2.392 Mdpl kebayang lah sendiri dinginnya gimana.
Dari Pananjakan ini bisa kita lihat kawasan kaki Gunung Bromo yang terhampar luas dihadapan kami bagai tak bertepi. Hamparan tersebut menjadi landasan yang sangat kokoh bagi beberapa gunung disekitarnya, seperti misalnya Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa. Setelah jam menunjukan pukul 08.00 kami pun beristirahat sejenak untuk sekedar menikmati teh hangat di dinginnya Gunung bromo ini. Buat kalian yang ingin kesini persiapkan jaket yang sedikit lebih tebal dari biasanya, karena Gunung Bromo ini tingginya sudah mencapai 2.392 Mdpl kebayang lah sendiri dinginnya gimana.
Komposisi warna yang sangat indah |
Pagi hari di kawasan Gunung Bromo |
Menikmati Pagi di Bromo |
"Pananjakan" Gunung Bromo |
Nampaknya
Jeep yang kita tumpangi, sudah menunggu dan tidak sabar untuk mengantar kita ke
tempat lain yang ada di kompleks wisata gunung Bromo ini. Oh iya kenalkan supir
yang akan menemani kita selama kita di sini, namanya adalah Pak Subri. Beliau
sangat ramah sekali dan beliau juga sangat sabar dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan seputar Gunung Bromo. Sabar ya pak, kita
emang gini orangnya udah cerewet, banyak nanya tapi keren. Hehe.
Jeep Bromo |
Bersama Pak Subri |
Setelah
melewati jalan yang berkelok-kelok dan menurun terjal sampailah kita di wilayah
kaki Gunung Bromo. Wiih Padang ilalang menyambut kedatangan kami, mereka
bergerak seirama mengikuti arah angin bertiup, seandainya saja saya punya rumah
yang halamannya seperti ini saya pasti adalah orang yang paling bahagia di
dunia ini. Amiinn.. Sudah pasti di tempat ini kami menyempatkan diri untuk
mengambil beberapa foto, lumayan lah buat stock avatar twitter. Hehe.
ilalang - ilalang |
Tidak
terlalu lama kami menghabiskan waktu disini, karena kami ingin segera menuju
savanna yang dimana savanna ini terkenal dengan “bukit telletubbies” nya.
Kenapa? Karena memang disini ada beberapa bukit kecil yang sangat hijau
menyerupai bukit-bukit yang ada di film serial anak telletubbies. Subhanallah..
Pemandangan dan udara disini segeer benerr.. Buat kalian yang punya penyakit
paru-paru kayanya sembuh deh kalau kesini. Soalnya benar-benar melegakan
paru-paru banget udara disini. Wajib coba!
"Savanna" Gunung Bromo |
"Kuda di Savanna" karya Lukman a.k.a "Omen" |
Mata
sama paru-paru udah fresh sekarang saatnya menuju wilayah yang agak ekstrim,
kita menuju kawasan pasir berbisik. Ya dikawasan ini mirip kawasan gurun. Angin
kencang dan berdebu. Tapi ada satu hal yang bisa kalian lakuin disini dan ga
bisa dilakuin di tempat lain. Kalian disini bisa lari-lari sambil teriak kaya
orang gila sepuasnya atau bisa tulis-tulis nama di pasir selebar dan seluas
yang kalian mau (kalau ga cape itu juga). Aaah ajiib pokonya..
Iqbal di Pasir Berbisik |
Setelah
puas lari-lari sambil teriak-teriak sendiri dan disangka orang gila, kini Pak Subri
mengajak kita ke tempat terakhir dari perjalanan ini. Ini dia saudara-saudara..
Gunung Batok-Kawah Gunung Bromo untuk mencapai kawah Gunung Bromo ini kita bisa
saja berjalan kaki kalau kuat, tapi bagi orang-orang yang kondisi fisiknya lagi
lemah, apalagi kami yang kemarin baru saja pulang camp di segara anakan tentu
lebih memilih untuk naik kuda *alasan. Tarif penyewaan kuda disini masih cukup
terjangkau yaitu sebesar Rp 80.000 untuk pulang pergi dari lautan pasir ke kaki
puncak kawah Gunung Bromo. Tapi harga tersebut segera terbayar dengan
pengalaman yang luar biasa yang kami rasakan. Coba bayangkan, kita naik kuda
yang berlari di lautan pasir yang begitu luas, rasanya tuh kaya di film-film
kaya Troy, atau Lord of The Ring. Pengalaman yang satu ini juga wajib kalian
coba!
Setelah
sampai kaki puncak disinilah perjuangan dimulai, kita disini melanjutkan dengan
berjalan kaki menaiki tangga –tangga kecil menuju mulut kawah nya. Ada sekitar
200 anak tangga dan dengan sudut kemiringan kurang lebih 50º (meureun itu juga),
yang harus kita taklukan untuk mencapai puncak. Konon katanya kalau kita naik tangga itu terus
menurus tanpa berhenti sampai ke puncak, konon itu bakal menjadikan kita orang
yang keren. Cobain aja geura kalian naik tanpa berhenti, pasti temen-temen
kalian ntar pas udah di atas puncak bilang “njis keren maneh! kuatan euy!”,
Maka mitos itu pun langsung terbukti saat itu juga.
Beungeut si Omen waktu naik tangga Puncak Bromo |
Sesampainya
di bibir kawah, kembali tubuh ini merasakan perasaan yang membuat kita sadar
bahwa kita sebagai manusia itu sangatlah kecil dihadapan-Nya. Rasa syukur tak
terkira pun menyeruak menyesakkan dada, bahwa aku sangat beruntung lahir di
Negeri ini. Negeri yang sangat indah ini, dan aku beruntung bisa terlahir untuk
menyaksikan karya Tuhan yang begitu indah ini. Buat kalian yang selama ini
punya temen yang sangat angkuh atau sombong. Kayanya cocok nih dibawa kesini,
agar dia segera sadar bahwa dia tuh ga ada apa-apanya di dunia ini. Nah kalau
dia udah sadar, geura suntrungkeun ka kawah! Heureuy deng.. (segera dorong ke kawah! becanda..).
Kawah Bromo |
Di Pinggir Kawah |
Hari
semakin siang dan kami pun semakin terlena dengan keindahan Gunung Bromo ini
tapi kami sadar kami harus pulang. Dengan berat hati kami pun harus
meninggalkan Bromo. Terima kasih Bromo atas suguhan yang menakjubkan ini. Kalau
ada rezeki dan waktu yang Tuhan berikan untuk mengunjungimu lagi, saya pasti
akan mengunjungimu lagi dan lagi..
Pukul
12.00 kami pun mulai turun dari kawasan wisata Gunung Bromo, dan tujuan kami
yang pertama adalah mencari tempat makan. Akhirnya setelah masuk di daerah
Pasuruan ada Rumah Makan yang sangat eye
catching, dengan plang nama bertuliskan “Mbok Bat” kami langsung jatuh hati
memilih Rumah Makan ini. Benar saja ayam penyet, dan tempe penyet buatan "Mbok
Bat" nampaknya sudah menanti untuk masuk ke perut kami. Pedas, Gurih, dan Luar
biasa rasanya. Udah gitu di tutup sama
es jeruk yang segaaar. Eleuh-eleuh. Saya tau pasti air liur kalian mulai
memenuhi mulut kalian saat membaca tulisan ini. Ada yang unik untuk Es jeruk di
Jawa Timur ini. Di sini es jeruk itu isinya bukan seperti jeruk-jeruk biasa,
tapi pake jeruk nipis. Mungkin ada perbedaan dalam mengartikan es jeruk di sini
dengan di Jawa Barat tempat saya tinggal.
Setelah selesai makan kami pun mulai mendiskusikan akan kemana kami sekarang, karena kami bertiga kini belum punya tempat singah untuk tidur sementara. Akhirnya pilihan jatuh ke rumah saudaranya Ikbal di Surabaya. Saya sih seneng aja, berarti jalan-jalan lagi. Lagipula Nindi dan Ica pun setuju untuk mengantar kami ke Surabaya. Di perjalanan menuju Surabaya kami melewati Sidoarjo yang terkenal dengan daerah korban lumpur Lapindo. Memang kami hanya lewat, tapi nuansa kesedihan begitu kental terasa disini. Banyak sekali poster-poster yang menyuarakan suara-suara para korban lumpur Lapindo ini, Ataupun cacian yang berbau sarkasme kepada pemerintah lewat poster itu. Dan dapat saya rasakan sendiri juga kesedihan dan kesengsaraan para korban lumpur ini, padahal saya tidak melihat langsung tempat itu, kami hanya lewat saja di depan tanggul tanggul penahan lumpur. Tapi rasa kesedihan itu begitu terasa disini. Waktu itu saya hanya bisa berdoa semoga Tuhan segera mengabulkan doa-doa tulus para korban. Sesampainya di Surabaya kami turun dan berpamitan dengan Nindi dan Ica. Terima kasih banyak untuk Nindi dan Ica yang sudah ikut berpartisipasi dalam perjalanan kami kali ini, dan juga terima kasih banyak juga kami ucapkan sudah mau mengantar kami sampai Surabaya. Kalian memang keren!
Di
Surabaya kami pun kembali dikagetkan dengan hiruk pikuknya Kota Besar. Maklum
baru turun gunung bro. kami pun sempat kebingungan mencari alamat rumah
saudaranya Ikbal. Kami pun sempat terlantar di halte bis terkatung-katung
menunggu jemputan dari saudaranya Ikbal. Setelah menunggu hampiir 2 jam,
Seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap dengan motornya yang ia tumpangi datang
menghampiri kami. “Ikbal” sapanya tegas, “iya..” jawab Ikbal lemas. Kami pun langsung
berkenalan satu sama lain. Ternyata beliau adalah supir pribadi saudaranya
Ikbal. Mas Irman namanya Ia pun baru sadar ternyata Ikbal tak sendiri, dan dia
baru sadar juga dia hanya bawa motor untuk menjemput kami. Terpaksa saya dan
Omen harus naik becak mengikuti motornya dari belakang. Kebayang ga becak sekecil itu
dinaiki dua pria bertubuh gempal, yang masing masing membawa carrier super
berat. Yang sabar ya mang becak. Yang ikhlas, pasti Tuhan akan menolong, banyak
berdoa aja. Dan sesekali adegan yang sering terjadi di film komedi Dono Kasino
Indro pun hampir kami alami, untung sang pilot sangat cakap mengendarai pesawat
kecil ini. Huh selamet selamet.
Beberapa
saat kemudian sampailah kami di rumah saudaranya Ikbal. Kami pun langsung
disambut baik oleh saudaranya Ikbal ini. Pak Deki namanya, beliau adalah
seorang polisi, beliau orang yang sangatbaik dan dengan ramahnya menerima kami
di rumahnya. Kami diberi tempat super mewah disini. Makan enak, kasur empuk,
selimut tebal, TV flat, dan AC yang adeeem. Akhirnya setelah beberapa hari
kebelakang tidur ga layak, di akhir-akhir perjalanan ini kami disuguhi
kenyamanan tiada tara. Hanya semalam kami tidur disini, padahal hati mah betah
banget disini.hehe. Di pagi hari Pak Deki mengajak kami berkeliling Surabaya,
mengunjungi kantornya, lalu mengantar kami menuju Stasiun untuk membeli tiket
pulang. Nah disini nih kenikmatan yang satu lagi, kami dibeliin tiket kereta
Turangga oleh Pak Deki. Kalian tau kan Turangga? Kereta mahal brur. Ekskutif
punya nih. Aduuuh terima kasih banyak Pak Deki, beliau adalah malaikat dari
Surabaya. Entah bagaimana kami harus mengucapkan terima kasih. Sekali lagi terima
kasih banyak yah Pak Deki. Semoga semua kebaikan Pak Deki akan dibalas 2 kali
lipat oleh Tuhan. Amiiiin.
Pemberian Pak Deki, Terima Kasih banyak pak |
Setelah
berpamitan dengan Pak Deki kami pun siap untuk pulang. Sambil menunggu kereta
datang kami pun dihibur oleh sekelompok bapak-bapak tua yang bermain musik di
stasiun ini. Jelas sangat menghibur, apalagi saat mereka memainkan lagu klasik Teluk
Bayur. Aduuuh benar-benar pas lagunya. Kerumunan orang yang ada pada saat itu
pun ikut bernyanyi.. “..nantikanlah aku di teluk bayur…”, sesekali saya pun ikut bernyanyi.
Musisi Stasiun Gubeng Surabaya |
Tak
lama kemudian kereta tiba, kami pun segera masuk gerbong kereta, dan tentu saja
kenyamanan lah yang kami temukan di kereta ini. Tempat duduk yang luas, selimut
hangat, dan bantal yang nyaman sudah tersedia di hadapan kami. Dan kenyamanan
inilah yang akan menemani kami menempuh perjalanan 11 jam menuju Kota Bandung.
Selamat
tinggal Jawa Timur…
Suatu
saat nanti akan kami jelajahi lagi keindahanmu..